Ilmuwan wajib menulis!! Pengetahuan yang tidak dikomunikasikan akan tetap tidak dikenal. Penemuan hanyalah salah satu tahapan dalam proses pemahaman. Walaupun anda setuju dengan pernyataan ini, mungkin anda belum menyadari bahwa ilmuwan dan mahasiswa di bidang sains sering kurang dipersiapkan untuk menulis. Apakah gen untuk menulis terhambat oleh gen untuk meneliti?? Barang kali tidak. Tapai, ketika mahasiswa sedang mempelajari konsep sains, mempraktekan tekniknya, dan mempelajari pustaka, nampaknya sulit baginya untuk menyisakan waktu untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan baik. Pengembangan kemampuan ini memerlukan latihan. Para pendidik harus segera menyadari bahwa banyak mahasiswa benci menulis. Pada kesempatan ini, saya ingin membahas soal menulis dengan para pembaca blog ini semua.

Pertama – tama, menulis itu penting. Kata seorang dosen: “Penelitian belumlah lengkap bila belum diterbitkan”. Beliau benar. Pada akhirnya, mahasiswa memang harus menuliskan apa yang telah ditemukan atau yang dipelajarinya. Kuis, laporan, makalah, tesis, atau disertasi memungkinkan orang lain dapat mengetahui dan menilaikemampuan dan penguasaan anda.

Mahasiswa yang menempuh karir sebagai ilmuan akan segera terlibat dalam komunikasi tertulis, misalnya: membuat daftar dan keterangan perihal peralatan yang akan dibeli, menyusun ikhtisar bahan kuliahnya,, menulis usulan penelitian, dan menyusun laporan tentang penemuan hasil penelitian. Ulasan buku, dan tulisan semipopuler mengalir dari pena (atau papan computer) ilmuan yang aktif. Menulis sangat penting dalam sains!!

Bahan ini bukanlah bahan untuk menganjurkan sloga “terbit atau Tersingkir” (Publish or Perish) , tapi lebih menekankan pada “Terbitkan, atau tak seorangpun akan tahu”. Bila anda tidak berjuang untuk menjawab pertanyaan dan menuliskan jawaban anda yang paling  baik, maka guru anda tidak akan dapat menilai hasil belajar anda. Memang demikianlah, bila ilmuan tidak menerbitkan hasil dan kesimpulan percobaannya, tidak seorang pun akan dapat menilai kepentingan dan manfaat pekerjaa tersebut. Barulah setelah fakta dan gagasan-baru diterbitkan, dibahas, dan diulang dalam pengujian lebih lanjut, hasil percobaan akan dapat diakui sumbangannya dalam memajukan pemahaman di bidang sains secara keseluruhan.

Sayangnya, menulis saja belum cukup; yang diperlukan adalah menulis dengan baik. Sebagai contoh, ada dua orang mahasiswa yang menghabiskan waktunya selama berjam-jam diperpustakaan untuk mengerjakan makalah perihal topic yang sama. Keduanya memiliki fakta yang sama; yang seorang menulis tanpa banyak berpikir, hanya menyusun daftar siapa mengerjakan apa dan kapan, seperti membuat catalog. Yang kedua mencermati pertanyaan, memilah berbagai fakta untuk mendukung deduksi logis, dan mengarahkan topic tersebut menuju kesimpulan yang tajam. Mahasiswa yang pertama memang menulis, tetapi yang kedua menulis dengan baik. Di tingkat professional, tujuan menulis makalah uilmiah bukanlah agar hanya dapat diterbitkan, melainkan untuk berkomunikasi dengan ilmuan lainnya. Semua orang tidak memiliki banyak waktu. Penulis juga perlu membagi waktu dan perhatiannya untuk membaca. Tanpa menghiraukan penting tidaknya suatu penemuan, apabila dituliskan dengan baik, akan dapat lebih diterma orang. Sebaliknya, dituliskan dengan buruk dan pesan yang hendak disampaikan tidak jelas, pembaca sering berhenti membacanya sebelum tamat.

Barangkali petunjuk tentang apayang “harus” dan apa yang “tidak usah” dapat membantu. Sebagian dosen telah melihat banyak tulisan yang buruk; jadi, yang “tidak usah” cukup mudah disebutkan. Kekeliruan yang paling lazim aialah penulis tidak berhasil menyampaikan pesannya dengan jelas. Pembaca akan beranya-tanya: pelajaran fisiologi tumbuhan apa yang didapat dari percobaan tersebut?? Apakah hal tersebut baru atau sangat istimewa?? Apa manfaatnya?? Mahasiswa yang menulis laporan pratikum atau ilmuan yang menulis untuk jurnal mempunyai tanggung jawab untuk menjawab semua pertanyaan tersebut. Kesalahan umum lainnya terjadi apabila naskah Nampak sebagai tesis yang dipadatkan sebagian. Pesannya hilang dalam kata-kata dan topic sekunder, dan cerita yang seharusnya dapat ditulis dalam 10 halaman menjadi 25 halaman. Juga, bahasa teknik perancangan percobaan dan statistic sering digunakan sebagai pendukung tulisan; akibatnya, tulisan malah tidak jelas. Umumnya, pembaca tertarik pada apa responnya dan besarnya respon itu, keragamannya, serta dapat tidaknya dilakukan kembali. Kalimat “interkasi 3 faktor yang dianalisis secara RAL factorial berbeda nyata” sering membuat sebal.

Kesalahan umum lainnya adalah persiapan yang kurang cermat. Semua tugas yang harus diserahkan dalam bentuk tulisan, baik itu tulisan sederhana seperti jawaban ujian berbentuk esai maupun tulisan rumit seperti naskah untuk jurnal yang akan dinilai, yang selalu mencantumkan petunjuk penulisan. Tetapi, selalu saja penulis tampaknya mengabaikan petunjuk penulisan itu dan menyerahkan begitu saja bahan yang dipersiapkan dengan sembrono. Ungkapan “anda tidak akan memperoleh kesempatan kedua untuk menunjukan kesan pertama yang baik” tentu saja berlaku untuk penulisan. Walaupun aspek teknis mengarang di luar cakupan ini, sebainya mahasiswa belajar membiasakan diri untuk menyunting tulisannya sendiri, terutama dalam hal ejaan, tanda baca, dan struktur kalimat, sebelum tulisannya diserahkan kepada orang lain. Lengkapilah diri anda dengan buku penuntun menulis yang baik dan sebuah kamus, dan menfaatkannlah itu semua.

Saran positif untuk penulisan ilmiah harus dimulai dengan metode ilmiah. Tidak bias lain, topic harus dinyatakan sebagai pertanyaan yang perlu dijawab. Mencoba mencari apa yang sudah diketahui orang sama pentingnya. Jika seorang penulis duduk untu menulis, misalnya, tentang topic yang luas seperti “mempelajari kultur jaringan tanaman kedelai” atau jika seorang penulis tidak cukup membekali dirinya dengan latar belakang pengetahuan yang berkaitan dengan menyatakan “hal tersebut belum banyak diketahui”’ maka tulisan itu mungkin sudah tidak dapat diselamatkan. Penulis seharusnya sudah memikirkan pesan utama yang hendak disampaikan sebelum ia memulai menulis. Bahkan, pesan itu haruslah merupakan jawaban atas pertanyaan yang dikemukakan secara jelas, dan harus mencerminkan judul, pendahuluan, dan badan tulisan. Dengan cara demikian, pembaca dapat mengenali”benag merah” yang selalu tersirat di seluruh bagian tulisan.

Tujuan tulisan ilmiah adalah untuk mengkomunikasikan hasil penemuan, analisis, kesimpulan, dan teori. Berkomunikasi merupakan kata yang mengandung makna dinamis. Apabila pembaca tidak mengerti, berarti penulisnya gagal. Maka, jelasnya: kenalilah siapa calon pembaca, dan tulislah sesuai tingkat pemahaman mereka. Kejelasan sering berlawanan dengan panjang kalimat. Rangkaian kata – kata yang terpenggal dengan pengertian yang kabur membuat aktivitas membaca merupakan pekerjaan yang tidak menyenagkan. Kata – kata perlu dipilih untuk membantu komunikasi, bukan untuk memmamerkan perbendaharaan kata penulsi. Sering ditemui kalimatyang membuat pembaca salah mengerti. Kalimat yang ringkas lebih baikuntuk menampilkan kejelasan. Penulis harus menulis dengan gaya yang langsung, sederhana, dan logis, bila ia ingin tulisannya dibaca dan dipahami orang.

Penulis harus memberikan perhatian serius pada gambar. Gambar yang buruk sering sering memerlukan waktu yang lama untuk bias dimengerti. Sebaliknya, gambar yang baik tentang penemuan atau kesimpulan sering merupakan penyampaian yang paling efektif. Ungkapam “satu gambar bias mengambarkan seribu kata” perlu diterapkan. Gambar yang baik tidak begitu saja tersaji, tapi memerlukan pemikiran yang tajam, krestif, dan kerja.. walaupun kemampuan computer memang memudahkan pekerjaan, tapi masih tetap diperlukanpemikiran penulisnya.

Dapat disimpulkan bahwa kemampuan untuk menulis dengan baik merupakan keterampilam yang dibutuhkan mahasiswa sains dan kalangan ilmuan. Hal itu dapat diperoleh dan ditanamkan apabila tujuan dasar komunikasi selalu diingat dengan baik. Orang yang dapat berpikir dan berbicara secara logisakan dapat belajar untuk menulis secara logis pula, bahkan dapat menjadikan tulisannya menarik dan mengasyikaan. Sains adalah bahan yang baik untuk tulisan seprti itu.

Page w. Morgan dalam Fisiologi Tumbuhan Jilid 1 (F. B. Salisbury dan C. W. Ross)